Wamensos Agus Jabo dan Vasatii Socaning Lokika Bakal Gelar Seminar Jejak Perlawanan dan Pemikiran Sultan HB II
(Yogyakarta) Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengajak generasi muda khususnya Gen Z dan Gen Alpha mengenal sekaligus belajar dari jejak perlawanan dan pemikiran para pendahulu, termasuk sosok Sultan HB II dan Pangeran Diponegoro.
Hal itu disampaikan Wamensos Agus Jabo usai bertemu perwakilan Keluarga Trah Sri Sultan Hamengkubuwono II di Jakarta. Pertemuan tersebut guna berdiskusi serta mengundang Kementerian Sosial dalam rangka seminar nasional Jejak Perlawanan Warisan dan Pemikiran pengusulan Sri Sultan Hamengku Buwono II (Sultan HB II ) yang rencananya dilaksanakan Oktober 2025 mendatang.
Dalam pertemuan di Jakarta, perwakilan keluarga tak hanya meminta dukungan pemerintah, tetapi juga merancang cara kreatif agar kisah heroik Sultan HB II dikenal luas, terutama oleh generasi muda
Wamensos Agus Jabo merespon positif dan mendukung penuh usulan ini dengan antusias. Menurutnya, sosok seperti Sultan HB II dan Pangeran Diponegoro adalah teladan perjuangan yang wajib dikenalkan ke anak muda.
“Kami sangat mendukung upaya mengenang jasa pahlawan seperti Sultan HB II. Jika syarat terpenuhi, beliau layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Agus Jabo.
Ia menegaskan bahwa mengenal sejarah pejuang kemerdekaan bukan cuma soal penghargaan, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai keberanian dan cinta tanah air.
“Anak muda harus tahu siapa yang berjuang untuk Indonesia. Sultan HB II dan Diponegoro adalah inspirasi besar,” tambahnya.
Wamensos Agus Jabo menegaskan, mengenang pahlawan seperti Sultan HB II bukan sekadar formalitas..“Ini soal identitas bangsa. Anak muda yang tahu sejarah akan lebih menghargai perjuangan leluhur dan punya semangat membangun Indonesia,” katanya.
Fajar Bagoes Poetranto , keturunan Sultan HB II sekaligus Ketua Yayasan Vasiati Socaning Lokika, menyebut sosok Sri Sultan Hamengku Buwono II (Raden Mas Sundoro) merupakan tokoh sentral dalam sejarah Nusantara, khususnya bagi Kesultanan Yogyakarta.
"Masa pemerintahannya yang penuh gejolak di tengah pusaran kolonialisme memberikan pelajaran berharga tentang semangat perlawanan, pelestarian budaya, dan pentingnya identitas bangsa," ungkap Fajar Bagoes Poetranto
"Sri Sultan Hamengku Buwono II, yang memimpin Kesultanan Yogyakarta pada 1792–1810 dan 1811–1812, dikenal sebagai pejuang gigih melawan kolonialisme Belanda," tambah Fajar Bagoes Poetranto
Dalam sejarahnya, Sultan HB II tak kenal kompromi dalam membela rakyat Jawa, bahkan turut mendukung Perang Jawa (1825–1830) bersama Pangeran Diponegoro. Sayangnya, namanya belum setenar tokoh lain, padahal perjuangannya tak kalah epik. Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi lintas generasi, usulan gelar Pahlawan Nasional bagi Sultan HB II semakin nyata.
“Kami ingin perjuangan leluhur kami diakui. Sultan HB II adalah simbol perlawanan dan keberanian. Kisahnya harus sampai ke generasi sekarang.
Ia menjelaskan pada bulan Juli 2025 mendatang akan digelar seminar nasional tentang Sultan HB II menjadi hal yang penting untuk menungukap peradaban besar bangsa Indonesia.
Lebih lanjut, Fajar Bagoes Poetranto menyampaikan bahwa seminar nasional yang akan digelar bertema Merajut Jejak Sang Pemimpin: Perjuangan dan Wariaan Sri Sultan Hamengku Buwono II dalam Bingkai Nasionalisme dan Identitas Budaya.
Tujuan diselenggarakan seminar nasional yaknk untuk menganalisis konteks politik dan sosial pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Kemudian mengungkap dan mengevaluasi strategi perlawanan anti-kolonial yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Selain itu untuk menghimpun berbagai perspektif dan kajian terbaru mengenai sosok dan warisan Sri Sultan Hamengku Buwono II.
"Mengkaji peran Sri Sultan Hamengku Buwono II dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi seni dan budaya Jawa sebagai benteng identitas bangsa.
Menganalisis relevansi pemikiran dan perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono II bagi penguatan nasionalisme dan identitas budaya Indonesia masa kini," kata FajarBagoes Poetranto
Seminar nasional ini menargetkan partisipasi dari berbagai kalangan, termasuk Akademisi (sejarawan, budayawan, antropolog, ilmuwan politik, sosiolog), mahasiswa dan pelajar, peneliti dan penggiat sejarah serta budaya, perwakilan dari institusi pemerintah terkait (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah).
Ia menambahkan seminar nasional ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam berbagai aspek perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono II, mulai dari sikap anti-kolonialnya yang gigih, upayanya dalam memperkokoh tradisi seni dan budaya Jawa, hingga warisan pemikirannya yang relevan bagi konteks kebangsaan Indonesia saat ini.
"Melalui diskusi dan pemaparan dari berbagai perspektif, diharapkan seminar ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kontribusi beliau dalam membentuk jati diri bangsa dan melestarikan kekayaan budaya Nusantara," pungkas Fajar Bagoes Poetranto. (Raya Sanjiwani)
0 Comment