Launching Buku, Trunk Show, dan Intimate Hi-Tea 1719 di The Tirtodipuran Hotel Yogyakarta
(Yogyakarta, DIY) – Sustainable fashion berbasis bahan alami semakin diminati masyarakat yang peduli lingkungan. Salah satunya hadir dari Bantul, Yogyakarta, melalui brand 1719. Pada Minggu (5/10) mendatang, 1719 akan menggelar acara istimewa yang memadukan Launching Buku, Trunk Show koleksi terbaru bernuansa earth tone, serta Intimate Hi-Tea bersama tamu dan komunitas, bertempat di The Tirtodipuran Hotel.
Acara ini menjadi momen penting bagi pendirinya, Novi Bamboo, yang sejak 2015 konsisten menghadirkan karya dengan material alami, pewarna dari tumbuhan, serta fokus pada keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal, khususnya perempuan. 1719 juga melibatkan generasi muda untuk mengenal dan mengembangkan fashion berkelanjutan.
Filosofi brand 1719 “first love never dies” hadir sebagai pengingat bahwa komitmen pada alam dan keberlanjutan adalah cinta pertama yang tidak pernah padam, dan harus terus diteruskan.
Acara ini juga menandai peluncuran buku terbaru Novi Bamboo berjudul “Mencetak Tanpa Merusak: Ecoprint Alami yang Bertumbuh dari Kesadaran.” Buku ini lahir dari keresahan bahwa makna “eco” dalam ecoprint perlahan kehilangan makna. Banyak praktik tidak lagi mengindahkan prinsip keberlanjutan seperti penggunaan tunjung berlebihan, mordan yang tidak ramah lingkungan, hingga plastik yang dipanaskan bersama kain, melepas zat berbahaya yang mencemari alam. Bahkan ada yang mencampurkan pewarna sintetis demi warna cerah, sehingga esensi alami ecoprint ikut terkikis.
Melalui pengalaman lapangan, eksperimen, research melalui jurnal maupun e-book, Novi merangkai narasi yang bukan sekadar panduan teknis, tetapi refleksi untuk mengembalikan ecoprint pada jalur keberlanjutan yang jujur dan berpihak pada alam.
“Setiap temuan saya tulis ulang menjadi cerita yang lebih tajam sekaligus mudah dipahami. Lebih dari sekadar buku, ini ajakan untuk mengembalikan makna eco yang sesungguhnya,” jelas Novi.
Nilai yang tertuang dalam buku juga tercermin pada koleksi terbaru 1719 yang akan ditampilkan dalam trunk show. Proses kreatifnya dimulai dari pewarnaan alami yang merupakan fondasi setiap koleksi 1719. Dari kain pewarna alami, langkah berikutnya adalah proses pembuatan. Potongan demi potongan kain kemudian dijahit dengan ruang kerja sederhana, tangan-tangan terampil menyatukan cerita keberlanjutan dalam bentuk busana yang utuh.
Selain kain, 1719 juga bereksperimen dengan material yang dianggap rapuh yaitu daun-daun kering. Bagi 1719, daun kering bukan limbah, tetapi simbol bahwa sesuatu yang sederhana pun bisa dihidupkan kembali menjadi karya bernilai. Daun-daun dipilih, dikeringkan, lalu dijahit manual satu per satu menjadi busana art fashion penuh karakter. Koleksi ini menghadirkan 30 karya, termasuk satu masterpiece yang seluruhnya memanfaatkan daun kering sebagai pernyataan tentang dedikasi pada keberlanjutan dan detail handmade.
“Daun-daun kering dipilih dan dikeringkan dengan hati-hati agar siap digunakan sebagai material busana. Setiap daun dijahit manual, tanpa bantuan mesin. Proses ini menuntut kesabaran tinggi dan detail yang teliti. Pola jahitan membentuk tekstur alami yang unik, menciptakan permukaan busana yang tidak dapat ditiru ulang. Dari sesuatu yang rapuh, lahir busana art fashion yang merepresentasikan dedikasi, keberlanjutan, dan keindahan dalam harmoni dengan alam,” ungkap Novi.
Tema “A Silver Journey of Love” memperkuat makna acara. Tahun ini juga bertepatan dengan perayaan 25 tahun pernikahan Novi Bamboo dan suami, sehingga “perjalanan perak” dimaknai tidak hanya secara pribadi, tetapi juga melalui karya dan filosofi brand.
Bagi Novi, A Silver Journey of Love bukan sekadar perayaan perjalanan panjang dua puluh lima tahun, tetapi juga tentang cinta yang tumbuh bersama ketekunan. Seperti ikan koi yang berenang melawan arus, kisah ini merefleksikan daya tahan, konsistensi, dan keyakinan untuk terus bergerak maju. Dari air yang terus mengalir, hadir pula kisah dari tanah seperti daun-daun kering yang dirangkai dengan sabar, dijahit satu per satu hingga menjadi karya fashion yang bernilai. Keduanya saling berkesinambungan: ikan koi melambangkan perjalanan cinta dan komitmen yang tak pernah padam, sementara daun kering bercerita tentang keberlanjutan dan bagaimana sesuatu yang rapuh dapat bertransformasi menjadi keindahan.
“Dalam harmoni warna bumi, lahirlah pesan bahwa cinta, ketekunan, dan keberlanjutan dapat berjalan bersama, membentuk sebuah perjalanan perak yang terus memberi makna, bagi manusia maupun alam,” pungkasnya. (rsi)
0 Comment