post image

Jelang Imlek, Klenteng Gondomanan Yogyakarta Lakukan Prosesi Penyucian Patung Dewa Dewi

  • Administrator
  • 26 Jan 2025
  • News

Caption foto: Suasana penyucian patung DewaDewi di Klenteng Gondomanan Yogyakarta.

(Yogyakarta, DIY) - Menjelang perayaan Imlek, Klenteng Fuk Ling Miau atau Klenteng Gondomanan Yogyakarta menggelar prosesi penyucian patung Dewa Dewi. Berbagai persiapan lain juga telah digelar di klenteng yang menjadi salah satu pusat perayaan Imlek di DIY tersebut.

Klenteng Fuk Ling Miau menjadi salah satu pusat perayaan Imlek di Yogyakarta telah melakukan berbagai persiapan diantaranya menggelar prosesi pembersihan klenteng, menyiapkan altar, lelengkapan altar seperti lilin besar hingga penyucian Rupang atau Patung Dewa Dewi.

Menurut Ketua Pengurus Klenteng Gondomanan, Angling Widjaya, persiapan menjelang Imlek dikakukan oleh lebih dari 50 orang diantaranya dari pengurus, relawan hingga berbagai komunitas.

"Mulai dari membersihkan lingkungan, menggelar altar, menyiakan lilin besar, hingga penyucian rupang atau patung Dewa Dewi. Ya kita dibantu sekitar 50 orang relawan ya dari berbagai komunitas lintas agama ya. Kita lakukan prosesi penyucian patung Dewa Dewi ini setiap tahun menjelang Imlek," jelasnya.

Menurutnya, klenteng Gondomanan memiliki sekitar 25 patung Dewa Dewi, yang utama adalah Dewa Bumi. Klenteng Gondomanan dibangun masa Sultan HB VII atau tahun 1907.

Dari sejarahnya, kata Angling, Klenteng Gondomanan memiliki nama asli Hok Tik Bio dan didirikan pada tahun 1907 atas usaha Mayor Tionghoa bernama Yap Ping Liem. Klenteng Gondomanan terletak di Jalan Brigjen Katamso No.3, Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan merupakan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.

Klenteng Gondomanan memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, warga Tionghoa meminta izin untuk mendirikan tempat ibadah, dan kemudian keraton menghibahkan tanah seluas 1150 m2 untuk keperluan tersebut. Klenteng ini kemudian dibangun dan diresmikan pada tahun 1907.

"Jelang Imlek 2025, Klenteng Gondomanan diprediksi akan ramai dikunjungi oleh umat Tridharma dan wisatawan yang ingin merayakan tahun baru Imlek. Klenteng ini akan mengadakan berbagai kegiatan dan ritual untuk merayakan Imlek, termasuk pementasan barongsai, pembagian angpao, dan ritual keagamaan lainnya," tambah Angling.

Selain itu, Klenteng Gondomanan juga menawarkan keindahan arsitektur dan dekorasi yang khas Tionghoa. Bangunan klenteng ini memiliki atap yang melengkung dan dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah. Di dalam klenteng, terdapat berbagai altar dan patung dewa-dewa Tionghoa, serta berbagai hiasan dan dekorasi yang khas Imlek.


Angling menyebutkan Klenteng Gondomanan menjadi klenteng tertua di Yogyakarta yang menjadi simbol toleransi beragama.  Bangunan klenteng merupakan akulturasi ya arsitektur Cina dan Jawa.

"Nuansa Tionghoa bisa dilihat dari tulisan, patung patung dewa, ornamen alam, sedangkan untuk nuansa Jawa-nya dilihat dari bagian atap berupa sumur langit," sambungnya.

Kekhasan Klenteng Gondomanan sendiri terdapat pada keberadaan sepasang Naga Lanfit menghadap Mutiara Api serta cat warna merah kuning sebagai simbol keharmonisan. Dua patung Naga di atap klenteng tersebut yang saling berhadapan.

Bagi warga keturunan Tionghoa, pembersihan Rupang atau patung Dewa Dewi merupakan wujud penghormatan kepada Dewa, sekaligus permohonan doa agar tahun mendatang bisa lebih baik.

"Nama Klenteng Fuk Ling Miau sendiri berasal dari tiga suku kata yakni Miau berarti klenteng, Fuk berarti berkah dan Ling artinya tak terhingga, swhingga memiliki makna sebuah klenteng penuh berkah yang tak terhingga," pungkas Angling. (Raya Sanjiwani) 

0 Comment