Indeks Pembangunan TIK di DIY Meningkat, Peserta Pemilu Dituntut Ubah Strategi Pemenangan
Caption foto: Politikus muda RA. Yashinta Sekarwangi Mega, dalam bedah buku 'Ilmu Sosial Politik Masa Depan: Menjawab Megashift?', di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Senin (13/11/23).
YOGYA, TRIBUN - Indeks pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di DI Yogyakarta tercatat mengalami peningkatan signifikan.
Berdasarkan data BPS per Oktober 2023 indeks pembangunan TIK di DIY mencapai 7,25 poin dan masuk tiga besar tertinggi nasional, bersama DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.
Fenomena tersebut, menjadi sorotan politikus muda RA. Yashinta Sekarwangi Mega, dalam bedah buku 'Ilmu Sosial Politik Masa Depan: Menjawab Megashift?', di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Senin (13/11/23).
Bukan tanpa alasan, ia menilai, peningkatan indeks pembangunan TIK bakal memberikan pengaruh yang cukup signifikan di level kontestasi politik.
"Karena pola strategi pemenangan para peserta Pemilu juga harus ikut bergeser," tandas Calon Anggota DPD RI dari Dapil DIY tersebut.
Menurutnya, saat ini data menjadi sumber daya yang krusial dalam menentukan brand politik, visi dan misi programatik, segmentasi pemilih, serta strategi kampanye dan pesan.
Selain survei segmentasi dan perilaku memilih oleh lembaga-lembaga terpercaya, data-data sekunder hasil monitoring media sosial, analisis jejaring sosial, sentimen publik di berbagai platform.
"Kemudian, pemanfaatan AI (Artificial Intelligence) menjadi saluran aspirasi publik yang perlu dijawab oleh para calon pemangku kebijakan," ucapnya.
Dari sisi interaksi dan sikap institusi politik, peserta Pemilu harus mulai merasakan political presence atau kehadiran politik yang lebih dekat dengan masyarakat.
Ia mencontohkan, langkah yang sudah marak, kebijakan dan Institutional PR-ing dewasa ini masif dilakukan di media sosial untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, terutama anak muda.
"Lalu, di level politik kewargaan, kita bisa melihat bagaimana narasi melalui UGC (User Generated Content), membentuk diskursus politik, terutama diskursus politik anak muda," cetusnya.
"Aktivisme digital anak muda pun kian meramaikan politik kewargaan di Indonesia, pengorganisasian massa dan advokasi dilakukan dengan peranti-peranti digital," tambah Yashinta. (Raya Sanjiwani)
0 Comment